Bahkan, salah satu testimoni mantan murid yang beredar menyebutkan bahwa dirinya saat ini telah memiliki anak yang sudah duduk di bangku sekolah. Jika dihitung dari masa ia masih menjadi siswa hingga sekarang, peristiwa yang dimaksud diperkirakan terjadi lebih dari 10 tahun lalu. Hal ini mengindikasikan bahwa dugaan tersebut bukanlah persoalan baru, melainkan berakar sejak puluhan tahun silam.
“Kalau kesaksian itu benar, maka ini bukan kelalaian kecil. Ini pembiaran sistemik. Di sinilah saya katakan, dinas pendidikan bisa dianggap abai terhadap laporan siswa yang berpotensi menjadi korban,” ujar H. Zaini.
Baca Juga:
Guru SMA 11 Padang, Syahrial Menghilang Usai Dinonaktifkan
Relasi Kuasa Guru–Murid Harus Diawasi Ketat
H Zaini turut menekankan bahwa relasi guru dan murid adalah relasi kuasa, sehingga negara wajib hadir untuk memastikan tidak terjadi penyalahgunaan wewenang, tekanan psikologis, maupun manipulasi emosional.
Menurut tokoh asli minang ini, budaya takut melapor, rasa malu, dan kekhawatiran terhadap nilai atau masa depan pendidikan sering membuat siswa memilih diam. Kondisi inilah yang seharusnya diantisipasi oleh sistem pendidikan melalui mekanisme pengawasan internal yang kuat.
Baca Juga:
Ustadz Baharuddin Kecam Keras Syahrial, Oknum Guru Cabul Padang: “Bejad Bana, Rusak Generasi Mudo”
Korelasi dengan Isu HIV/AIDS di Kota Padang
H. Zaini juga menyinggung meningkatnya kasus HIV/AIDS di Kota Padang, yang menurutnya tidak bisa dilepaskan dari kurangnya edukasi, pengawasan moral, dan pendampingan psikologis sejak dini.
Data kesehatan terbaru menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2025, kota Padang mencatat sekitar 192 kasus baru HIV/AIDS, sehingga total akumulatif kasus di daerah itu kini dilaporkan lebih dari 2.000 kasus - meningkat dari tahun sebelumnya, dan mayoritas menimpa laki-laki dewasa dengan pola perilaku seksual berisiko tinggi.