“Sebanyak 69 ekor kuda ambil bagian dalam kejuaraan ini dan berlaga dalam 18 race, dengan total hadiah mencapai Rp190 juta,” jelas Hamdan.
Warisan Budaya dan Olahraga Prestasi
Baca Juga:
Pacu Kuda Bukittinggi–Agam Open Race 2025 Resmi Dibuka
Ketua Umum Pengda PORDASI Sumatera Barat, Deri Asta, menegaskan bahwa pacu kuda merupakan olahraga tradisional yang telah mengakar kuat dalam budaya Minangkabau dan harus terus dijaga keberlangsungannya.
“Pacu kuda bukan sekadar kompetisi olahraga, tetapi juga warisan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Kami mengapresiasi dukungan Pemerintah Kota Bukittinggi dan Pemerintah Kabupaten Agam dalam menjaga dan mengembangkan olahraga ini,” ungkap Deri Asta.
Dorong UMKM dan Ekonomi Rakyat
Baca Juga:
Pacu Kuda Bukittinggi–Agam Open Race 2025 Resmi Dibuka
Selain aspek budaya dan kemanusiaan, pelaksanaan pacu kuda juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Kehadiran ribuan penonton turut menggerakkan pelaku UMKM, pedagang kecil, dan sektor jasa di sekitar arena pacu kuda.
Ramlan Nurmatias menambahkan, melalui berbagai aksi solidaritas, Pemerintah Kota Bukittinggi bersama para donatur telah menyalurkan bantuan lebih dari Rp1 miliar kepada sejumlah daerah terdampak bencana di Sumatera Barat.
“Kegiatan ini menjadi bukti bahwa budaya, olahraga, dan kepedulian sosial bisa berjalan beriringan untuk kebaikan bersama,” tutup Ramlan.