WahanaNews-Sumbar | Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus salah satu tokoh Sumatera Barat, Anwar Abbas mengkritisi isu kelompok Negara Islam Indonesia (NII) Sumbar yang dicap oleh Densus 88 mau menggulingkan pemerintah bermodal golok.
Anwar menilai isu NII tersebut telah membuat redup tuntutan para mahasiswa yang melakukan demonstrasi besar-besaran beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
Satgas Operasi Madago Raya dan Kemenag Sigi Perkuat Sinergi Cegah Radikalisme
"Di mana dikatakan NII ingin mengganti ideologi Pancasila dan sistem pemerintahan Indonesia dengan khilafah atau syariat Islam. Sehingga isu dan tuntutan dari para mahasiswa yang berunjuk rasa beberapa hari yang lalu terbenam dan tidak lagi muncul," kata Anwar dalam keterangannya kepada CNNIndonesia.com dikutip Rabu (20/4/22).
Diketahui, mahasiswa lintas kampus menggelar aksi demonstrasi di Jakarta dan sejumlah kota-kota besar di Indonesia pada Senin (11/4) lalu. Salah satu tuntutannya yakni menolak usul perpanjangan masa jabatan presiden dan meminta menurunkan harga bahan pokok.
Anwar tak mengingkari kelompok NII masih ada di Indonesia. Namun, Ia mempertanyakan siapa otak yang berada di balik NII tersebut.
Baca Juga:
Kesbangpol JB Gelar Dialog: Ingin Masyarakat Waspadai Ancaman Terorisme dan Radikalisme
Petinggi PP Muhammadiyah itu juga curiga karena banyak orang yang mampu melakukan rekayasa. Sehingga pihak penegak hukum tidak mustahil terseret dan terbawa arus oleh permainan mereka.
"Saya tidak mengingkari kasus yang dihadapi oleh adanya kelompok NII tersebut, tapi siapa otak dan pelaku di balik itu serta untuk apa mereka melakukan itu semua?" kata Anwar.
Di sisi lain pula, Anwar turut mengkritik para pemilik modal dan politikus di Indonesia yang tidak lagi didominasi oleh nilai Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalankan kesehariannya. Melainkan diduga menjalankan nilai atau ideologi liberalisme kapitalisme.
Melihat kondisi itu, Anwar mempertanyakan kenapa mereka tak dilihat sebagai sebuah ancaman terhadap Pancasila. Pasalnya, dampak dari tindakan dan perbuatan mereka terbilang luar biasa buruknya. Ia mencontohkan dengan kasus mafia minyak goreng yang membuat langka dan mahal belakangan ini.