Sumbar.WahanaNews.co, Simpang Empat - Produksi jagung di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, mencapai 122.356 ton pada Januari-Juni 2024, di lahan seluas 18.336 hektare yang tersebar di 11 kecamatan.
"Masih ada 100.880 ton lagi produksi yang harus kita kejar hingga akhir tahun karena target produksi sebanyak 223.236 ton," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Pasaman Barat Doddy San Ismail di Simpang Empat, Sumbar, Rabu (24/7/2024).
Baca Juga:
Pemkab Pasaman Barat Sukses Turunkan Angka Stunting dari 35,5% ke 29,7%
Menurut dia, tiga kecamatan yang produksinya tertinggi adalah Kecamatan Luhak Nan Duo sebanyak 20.604 ton, Kecamatan Pasaman sebanyak 19.686 ton, dan di Kecamatan Ranah Batahan sebanyak 15.930 ton.
"Kita optimis target yang ditetapkan dapat tercapai," ujarnya.
Ia mengatakan dalam upaya mencapai target itu, pihaknya melakukan sejumlah upaya. Selain penambahan luas tanam juga meningkatkan kemampuan petani yang ada melalui pelatihan.
Baca Juga:
Pemkab Pasaman Barat Harap Pemerintah Tambah Shelter Tsunami di Pesisir Pantai
"Saat ini ada 18.336 hektare luas tanam jagung. Untuk 2024 ini kita menargetkan ada penambahan 2.000 hektare luas tanam jagung," katanya.
Ia mengatakan dengan adanya penambahan luas tanam, maka pihaknya menargetkan produksi jagung sebesar 223.236 ton selama 2024.
Selain upaya penambahan luas lahan tanam juga melakukan pengawalan dan pendampingan oleh penyuluhan di lapangan serta melakukan percepatan tanam.
Ia menyebutkan sentra produksi jagung terbesar berada di Kecamatan Luhak Nan Duo, disusul oleh Kecamatan Pasaman dan Kecamatan Talamau.
Lalu, Kecamatan Ranah Batahan, Kecamatan Kinali, Kecamatan Koto Balingka, dan Kecamatan Sungai Beremas.
Selanjutnya, produksi jagung juga ada Kecamatan Sungai Aur, Kecamatan Lembah Melintang, Kecamatan Gunung Tuleh, dan Kecamatan Sasak Ranah Pasisia.
"Pada umumnya tanaman jagung cukup diminati oleh masyarakat karena harganya relatif stabil," ujarnya.
Ia menjelaskan Pasaman Barat menjadi salah satu sentra penghasil jagung terbesar di Sumbar.
"Pernah menjadi penyumbang jagung terbesar mencapai 60 persen beberapa tahun yang lalu. Namun, karena berbagai persoalan produksi menurun," katanya.
Ia menambahkan penurunan produksi jagung tidak hanya disebabkan oleh replanting atau peremajaan sawit saja.
Tingkat kesuburan tanah juga ikut mempengaruhi. Semakin sering ditanami oleh petani, maka akan semakin menurun pula kesuburannya.
"Semakin berkurangnya kesuburan tanah juga ikut mempengaruhi kepada produksi jagung," katanya.
Ia menambahkan tanaman jagung bisa menjadi tanaman alternatif para petani karena masa panen relatif singkat, bisa empat atau enam bulan dengan harga yang relatif bertahan.
[Redaktur: Amanda Zubehor]