Sumbar.WahanaNews.co, Padang - Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa Bukit Kototabang, Sumatera Barat, terpilih menjadi salah satu dari 30 titik stasiun pemantau atmosfer global untuk mengamati perkembangan gas rumah kaca.
"Di seluruh dunia itu hanya ada 30 pengawas atau pemantau iklim, dan salah satu itu ada di Bukit Kototabang, Sumatera Barat, yang memonitor perkembangan gas rumah kaca," kata Dwikorita saat menyampaikan laporan ke Komisi V DPR RI di rapat dengar pendapat diikuti dalam jaringan (daring) Komisi V DPR RI di Jakarta, Selasa (12/11/2024).
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Dwikorita menyebut gas rumah kaca sebagai biang kerok dari perubahan iklim yang kini melanda dunia dan sedang diperdebatkan dalam Conference of the Parties (COP).
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer bumi yang dapat menyerap dan memancarkan radiasi panas, menyebabkan efek rumah kaca. Efek ini membuat panas terperangkap di atmosfer, yang pada gilirannya dapat meningkatkan suhu bumi.
"Gas rumah kaca itu adalah biang kerok yang menyebabkan suhu naik dan terjadi perubahan iklim dan yang sekarang diperdebatkan di COP itu juga gas rumah kaca," katanya.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
Dilansir dari laman BMKG, Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang (Global Atmosphere Watch) berjarak 17 km arah Utara Kota Bukittinggi dan lebih kurang 120 km Utara Kota Padang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat.
Stasiun yang berada di area terpencil itu terletak di daerah ekuatorial pada ketinggian 864,5 meter di atas permukaan laut dan 40 km dari garis pantai bagian Barat bertemperatur 16 sampai 25°C dengan variasi kelembaban lebih dari 80 persen.
Fasilitas yang tersedia meliputi bangunan yang cukup luas menyediakan ruang kantor, ruang rapat, dan laboratorium. Di area atap seluas 300 m2, terpasang inlet udara dan beberapa peralatan radiasi serta meteorologi.