WahanaNews-Sumbar | 2 BUMN besar, Pertamina dan PLN ‘disentil’ Presiden Jokowi terkait efisiensi. Kepala Negara menilai kedua BUMN itu mendapat subsidi pemerintah namun tidak melakukan efisiensi.
Presiden Jokowi pun dengan tegas meminta PLN dan Pertamina serta BUMN lain untuk melakukan efisiensi. Menurutnya, BUMN harus mampu menemukan permasalahan yang terjadi pada saat pandemi dan krisis akibat konflik saat ini.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Berikut adalah fakta-fakta menarik terkait sindiran Presiden Jokowi terhadap Pertamina dan PLN:
1. Pertamina dan PLN Kok Enak Banget
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sentil perusahaan BUMN yang mendapatkan subsidi dari pemerintah namun tidak efisien. BUMN yang dimaksud adalah PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
"Ada subsidi dari menteri keuangan tanpa ada usaha efisiensi di PLN, di Pertamina. Ini yang dilihat kok enak banget," ujar Jokowi.
2. Pertamina dan PLN Harus Efisien
Mana yang bisa di efisiensikan, mana yang bisa dihemat. Kemudian mana kebocoran-kebocoran yang bisa dicegah. Semuanya harus dilakukan di posisi-posisi seperti ini," jelas Jokowi.
3. Pertamina Disindir Begini Respons Ahok
Menanggapi hal ini, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok enggan berbicara banyak. Dirinya menyerahkan hal tersebut kepada Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
"Bisa tanya ke Dirut," kata Ahok.
4. Apa yang Dilakukan Pertamina?
Di tengah tantangan harga minyak mentah yang terus melambung tinggi, PT Pertamina (Persero) memperkuat strategi keuangan dan upaya operasional guna meningkatkan efisiensi di seluruh lini bisnis, baik holding maupun subholding mulai dari hulu, pengolahan sampai hilir.
Dari strategis bisnis tersebut, selama tahun 2021 Pertamina berhasil melakukan optimalisasi biaya sebesar USD2,21 Miliar, yang diperoleh dari program penghematan biaya (Cost Saving ) USD1,36 miliar, penghindaran biaya (Cost Avoidance) sebesar USD356 juta serta tambahan pendapatan (Revenue Growth) sekitar USD495 juta.
Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini menjelaskan Pertamina mengembangkan berbagai kebijakan dan strategi bisnis dari sisi keuangan maupun operasional sebagai upaya menghadapi tantangan harga minyak dunia yang melonjak signifikan.
Dari sisi finansial, Pertamina menerapkan program optimalisasi biaya di seluruh Pertamina Group yang meliputi penghematan biaya (Cost Saving), penghindaran biaya (Cost Avoidance), dan peningkatan pendapatan.
Paralel dengan upaya penghematan, Pertamina juga menjalankan program lindung nilai (hegding) untuk manajemen risiko pasar. Selain itu, perseroan juga melakukan sentralisasi pengadaan, prioritas belanja modal dan manajemen aset dan liabilitas untuk menurunkan biaya atau beban bunga (cost of fund).
“Kami berupaya mengoptimalkan seluruh biaya serta mengelola aspek finansial perusahaan, agar dapat menekan biaya termasuk memprioritaskan proyek-proyek yang memiliki hasil cepat,”ungkapnya.
5. Cara PLN Berhemat
PT PLN (Persero) berhasil merampungkan pembangunan 4 infrastruktur kelistrikan senilai Rp504 miliar di Kalimantan Barat. Keberadaan jaringan kelistrikan ini bakal meningkatkan kualitas pasokan listrik serta menekan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik lebih dari Rp15 miliar per bulan.
General Manager Unit Induk Pembangunan Kalimantan Bagian Barat (PLN UIP KLB) Reisal Rimtahi Hasoloan mengatakan, 4 infrastruktur tersebut yaitu Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilo Volt (kV) Sanggau-Sekadau sirkit 2, SUTT 150 kV Sekadau-Sintang, Gardu Induk (GI) 150 kV Sekadau berkapasitas 30 Mega Volt Ampere (MVA), dan GI 150 kV Sintang berkapasitas 60 MVA.
"Pengoperasian 4 infrastruktur kelistrikan ini ditandai dengan pengaliran listrik perdana dengan melakukan energize pada 17 dan 18 Juni 2022," kata Reisal. [afs]