Sumbar.WahanaNews.co, Jakarta - PT PLN (Persero) melaporkan selama 2023, tercatat pelanggan yang memanfaatkan program electrifying marine bertambah sebanyak 4.799 pelanggan.
Dengan demikian, PLN mencatat hingga Desember 2023, total pelanggan program tersebut menjadi 42.912 pelanggan.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
"Lewat electrifying marine, kami ingin turut berkontribusi dalam mendorong produktivitas melalui penghematan para pelaku usaha di bidang perikanan dan mengoptimalkan aktivitas pelabuhan. Program ini juga membuat kegiatan usaha dari pelaku bisnis menjadi lebih ramah lingkungan," ucap Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo melalui keterangannya di Jakarta, Senin (15/01/24).
Program electrifying marine merupakan layanan PLN untuk mendukung dan memenuhi kebutuhan listrik pelanggan di pelabuhan maupun sektor perikanan.
Cakupan layanan electrifying marine meliputi kebutuhan listrik kapal saat sandar di pelabuhan, mini coldstorage serta kebutuhan tenaga listrik lainnya pada lokasi dermaga, pelabuhan, dan lokasi pangkalan pendaratan ikan (PPI) serta tempat pelelangan ikan (TPI) di seluruh Indonesia.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Selama 2023, program tersebut berhasil menyumbang konsumsi listrik sebesar 66,11 gigawatt hour (GWh). Secara total, hingga 2023, program electrifying marine telah memberikan konsumsi listrik sebesar 2,32 terawatt hour (TWh) dengan daya terpasang sebesar 1.343 megavolt ampere (MVA).
Darmawan mengatakan bahwa program tersebut digagas PLN untuk mendukung creating shared value (CSV) bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
"Melalui program ini, kami berupaya untuk CSV bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Kami yakin dengan penggunaan berbagai inovasi teknologi berbasis listrik membawa pelaku usaha menjadi lebih modern yang membuat produktivitas mereka meningkat signifikan dibandingkan dengan menggunakan energi berbasis fosil," ungkap Darmawan.
Dari program itu, ia menilai pelanggan juga makin dimudahkan dengan ketersediaan listrik PLN yang stabil dan lebih murah dibanding menggunakan bahan bakar minyak (BBM) terutama untuk sektor perikanan.
"Lewat program electrifying marine ini, para pelaku usaha di sektor perikanan bisa beralih menggunakan listrik agar lebih murah dan produktif. Selain itu, listrik lebih rendah emisi dibanding BBM sehingga lebih ramah lingkungan," katanya.
PLN mencatat selama 2023, program tersebut berhasil menekan emisi CO2 (CO2e) mencapai lebih dari 119 ribu ton CO2e.
Sementara itu, Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyanti merinci pelanggan di sektor perikanan saat ini terbanyak berasal dari Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur dengan jumlah pelanggan sebanyak 15.301 dan daya terpasang sebesar 342 MVA.
Edi menjelaskan untuk realisasi penggunaan anjungan listrik mandiri (ALMA) atau pemakaian listrik di atas 5.500 volt ampere (VA) sampai dengan 23.000 VA (1 phasa atau 3 phasa) mayoritas berada di Unit Induk Wilayah (UIW) Maluku dan Maluku Utara. Total pemakaian ALMA di wilayah tersebut mencapai 159,3 megawatt hour (MWh).
"Pada April 2023, PLN membangun tiga Stasiun Penyedia Listrik Kapal Sandar (SPLiKS) di Pelabuhan Waibalun Larantuka, Nusa Tenggara Timur untuk mendukung nelayan setempat. Kemudian pada Juli 2023, PLN membangun ALMA pertama untuk Bangka Belitung di Pelabuhan Tanjung Ru, Kabupaten Belitung," ucap Edi.
Di Pelabuhan Tanjung Ru, PLN mengoperasikan ALMA dengan daya sebesar 41,5 kilovolt ampere (KVA) yang dipasang di Dermaga Water Front.
ALMA bisa dimanfaatkan oleh para nelayan untuk memenuhi kebutuhan listrik selama kapal bersandar, khususnya untuk menghidupkan cold storage yang semula berbasis bahan bakar minyak. Keberadaan ALMA diperkirakan mampu memangkas biaya operasional nelayan hingga 60 persen.
[Redaktur: Amanda Zubehor]